Tuesday, January 30, 2018

Jalan Jalan ke Banyuwangi Part #6 dari 8 : Pantung Gandrung Gumilir, Watu Dodol, Rujak Soto Pak Salim dan Osing Deles.


Saat kembali menuju Ketapang, kami mampir di Patung Gandrung Gumilir yang berada dekat dengan Watu Dodol, yang keduanya diyakini banyak menyimpan misteri.  Patung Gandrung bagi sebagian orang dianggap dapat bergerak dan bahkan menari. Bagi saya sih tak aneh, dan membuat saya teringat cerita misteri Patung Pastor Verbraak di Taman Maluku, Bandung. Dalam salah satu acara TV tengah malam, setelah proses “medium”isasi, “mahluk” sekitar lokasi tersebut menyatakan bahwa, bukan patungnya yang bergerak melainkan proses pikiran korban yang diintervensi oleh “mahluk” tadi.  Secara fisika hal ini mungkin sekali karena apa yang dilihat mata akhirnya dibaca otak  setelah melewati proses pengubahan gambar ke sinyal listril yang bisa di"terjemah"kan oleh otak.







Watu Dodol sendiri sebuah batu yang menjadi pemisah dua jalur jalan di seberang Patung Gandrung Gumilir. Konon batu ini memang tak dapat dipindahkan saat pembuatan jalan, dan akhirnya dibiarkan bagitu saja hingga kini. Setelah puas melihat-lihat, kami melanjutkan perjalanan dan terlihat lah restoran Watu Dodol yang kami kunjungi pada tahun 2004, saat perjalanan berkesan Bandung – Denpasar.  Sayang kami tak sempat makan disini, meski saya sangat ingin.







Karena tengah malam kami akan menuju Kawah Ijen, maka diputuskan untuk makan terlebih dahulu di Rujak Soto Pak Salim. Seperti biasa selain Si Sulung, kami semua  memesan makanan normal, sedangkan dia lagi-lagi kami korbankan untuk menikmati Rujak Soto. Berbeda dengan Pecel Rawon, kali ini ekspresi Si Sulung terlihat aneh dan tak bahagia. Bayangkan sayur-sayuran dengan bumbu rujak disiram soto daging.  Kami masing-masing mencoba sesendok, dan sisanya menjadi tanggung jawab Si Sulung.




Selesai makan kami langsung menuju Osing Deles, di jalan KH. Agus Salim, Taman Baru. Sebuah lokasi favorit untuk oleh-oleh khas Banyuwangi. Mulai dari snack khas, kaos, kain-kain daerah tersedia lengkap disini. Tokonya menarik dan didesain secara modern, pegawainya cekatan dan koleksi oleh-olehnya termasuk lengkap. Dari sini kami langsung menuju hotel. Tengah malam, Si Sulung yang masih belum puas dengan Rujak Soto,  akhirnya  kelaparan dan  memesan makanan dari hotel seperti Lumpia Ketapang 45 ribu dan House Style Beef Burger 65 ribu. 

Lanjyt ke link berikutnya http://hipohan.blogspot.com/2018/01/jalan-jalan-ke-banyuwangi-part-7-dari-8.html

No comments: