Tuesday, January 30, 2018

Jalan Jalan ke Banyuwangi Part #2 dari 8 : Blimbingsari, Desa Kemiren dan Hotel Ketapang Indah

Sekitar jam 13:30 pesawat CRJ100 Flight GA 0264sepanjang 27 meter dan bentangan sayap 21 meter, buatan Bombardier Canada, yang kami tumpangi pun lepas landas dari Terminal 3 Soekarno Hatta .  Agar mudah kami sengaja tidak menggunakan bagasi, dan saya sengaja tidak membawa tripod karena belajar dari perjalanan saat ke NTT, urusan tripod ini cukup bikin pusing dan tak bisa dibawa ke kabin. Namun meski tas tidak masuk bagasi, 3 unit bawaan kami ditengarai sulit masuk kabin, karena slot koper yang relatif sempit, maka persis di kaki pesawat kru tetap memasukkan tas kami ke bagasi khusus, dan kami diberikan kupon untuk ditukarkan lsg di kaki pesawat saat mendarat.




Begitu mendarat, saya cukup terpesona melihat kesederhanaan bandara Blimbingsari ini, dan terlihat didesain dengan serba terbuka, untuk menghindari penggunaan AC. Mas Rudi sudah menunggu dengan Xenia putihnya, membantu memasukkan barang dan langsung meluncur ke Desa Kemiren. Karena sudah terlalu sore, jalan-jalan ke Taman Jawatan akhirnya di geser ke hari terakhir.

Memasuki desa, kami langsung disambut kemeriahan pesta khitanan yang dirayakan dengan meriah. Nampak anak-anak kecil baik lelaki ataupun wanita dirias dan menaiki kuda. Musik diputar sekencang-kencangnya, dan mengiringi kami saat makan Pecel Pitik, yakni ayam kampung dengan sayur kelapa parut disertai minuman temulawak. Sayangnya kami kehabisan Uyah Asem, alias Sup Ayam Kampung dengan ramuan Blimbing Wuluh dan cabe serta kuah rasa asam pedas.




Jika tertarik dengan wisata budaya lokal Banyuwangi, Desa Kemiren yang menjadi kediaman Suku Osing ini sangat menarik untuk dieksplorasi, silahkan cek di link sbb http://www.pikiran-rakyat.com/wisata/2017/06/27/ini-keunikan-desa-adat-kemiren-banyuwangi-403949 . Banyuwangi sepintas masih mirip dengan kebanyakan kota kecil di Indonesia, sebagian sudutnya terlihat seperti Batu atau Malang. Meski tidak terlihat rapi, namun tetap terlihat cukup bersih.

Teringat saya akan cerita zaman SD mengenai asal usul Banyuwangi. Zaman dahulu Banyuwangi dipimpin Prabu Sulahkromo yang dibantu Patih Sidopekso dalam menjalankan pemerintahannya. Namun Sang Raja tertarik dengan Istri Patih Sidopekso yang bernama Sri Tanjung, yang kebetulan  sangatlah elok parasnya.

Maka Sang Raja menugaskan Patih Sidopekso untuk menjalankan tugas yang tidak mungkin bisa dicapai oleh manusia biasa. Tanpa curiga, Sang Patih berangkat untuk menjalankan titah Sang Raja. Sementara Sang Raja merayu Sri Tanjung dengan segala tipu daya, namun Sri Tanjung tetap teguh pendiriannya dan tetap setiap pada suaminya. Sehingga membuat Sang Raja menjadi berang dan akhirnya memfitnah Sri Tanjung.

Ketika Patih Sidopekso kembali dari tugasnya, saat menghadap Sang Raja. Maka dengan sengaja Sang Raja menyampaikan bahwa Sri Tanjung berusaha mendatangi dan merayu Sang Raja saat Sang Patih pergi bertugas. Tanpa berfikir panjang, Patih Sidopekso langsung menemui istrinya Sri Tanjung, dan  dengan penuh kemarahan mengancam akan membunuh istri setianya itu. Lalu diseretlah Sri Tanjung ke tepi sungai yang keruh dan kumuh.

Namun sebelum Patih Sidopekso membunuh Sri Tanjung, ada permintaan terakhir dari Sri Tanjung kepada suaminya, sebagai bukti kejujuran, kesucian dan kesetiaannya ia rela dibunuh dan meminta jasadnya diceburkan ke dalam sungai keruh itu, apabila darahnya membuat air sungai berbau busuk maka dirinya telah berbuat serong, tapi jika air sungai berbau harum maka ia tidak bersalah. Sang Patih langsung menikamkan kerisnya ke dada Sri Tanjung. Mayat Sri Tanjung segera diceburkan ke sungai dan ajaibnya sungai yang keruh itu berangsur-angsur menjadi jernih seperti kaca serta menyebarkan bau harum yang wangi. Patih Sidopekso menjerit kaget serta linglung dan menjerit "Banyu Wangi ! Banyu Wangi !.”

Akhirnya kami sampailah di Hotel Ketapang Indah, meski cuma bintang tiga, ternyata hotel ini terbilang bagus, memiliki taman yang luas dan jalan bebatuan yang menghubungkan setiap cottage di kompleks hotel. Kamar yang kami gunakan jika mengacu pada tarif yang ada di front office, sekitar 700 ribu per malam, namun tentu saja travel YukBanyuwangi menggunakan tarif khusus. 




Lanjut ke link berikutnya http://hipohan.blogspot.com/2018/01/jalan-jalan-ke-banyuwangi-part-3-dari-8.html

No comments: