Tuesday, May 17, 2016

Jalan jalan Klinik Nadhifa Al Ghiffari Part #4 of 4 : Borobudur, Kraton dan Malioboro

Pagi-pagi kami langsung menuju Borobudur, sesuai rencana kami berharap bisa menikmati Sop Ayam Pak Min Klaten, eh sayang sekali ternyata masih tutup sepagi itu. Lalu kami melanjutkan perjalanan, beruntung sekali kami kembali menemukan Sop Ayam Pak Min yang lain. Meski sebagian rombongan merasa dagingnya terlalu alot, buat saya Sop Pak Min tetap terasa mantap. 



Lalu kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Candi Borobudur sekitar 50 km dari Yogya, sampai kira-kira jam 09:00. Berbeda dengan yang sudah-sudah, kami langsung menuju Bioskop tempat pemutaran film tentang Borobudur dengan membayar Rp. 5.000 per orang,  setelahnya baru menuju candi dengan membayar Rp. 30.000 per orang. Agar dapat mempercepat perjalanan, kami menggunakan kereta khusus dengan biaya Rp. 7.500 per orang.  Ibu saya dan mertua adik ipar menunggu di bagian bawah candi, sedangkan saya dan istri menunggu di pelataran pertama setelah tangga. Sementara seluruh anggota rombongan sisanya menuju bagian atas.




Namun ketika pulang kami diarahkan ke lokasi yang berbeda dan harus melintasi pasar souvenir, karena kondisi Ibu saya dan mertua adik yang sudah 70 tahun keatas, kami mencoba berbicara dengan petugas, yang akhirnya mengizinkan kami melewati jalan pintas kembali lewat jalan masuk.



Dari candi karena memang sudah menjelang siang, kami langsung menuju tempat makan di Bale Kambang. Resto Bale Kambang berjarak sekitar 7 km dari Candi. Kami memilih makan dibagian lembah di sisi kiri restoran, dipinggir kolam ikan dan kumpulan pondok-pondok bambu. Setelah memuaskan lapar dan dahaga, kami melanjutkan perjalanan ke Kraton Yogya.




Namun jalanan cukup padat, terpaksa Pak Aan memutar lewat Sleman, namun hikmahnya kami sempat melewati Bengkel Kupu-Kupu Malam yang tersohor dengan modifikasi mobil Tucuxi karya Danet Suryatama. Saat itu suasana bis kami pelan-pelan mulai terasa menghangat, lalu memanas,  yang lelaki membuka pakaian luar karena panasnya mobil. Terlambat sampai di Kraton Yogya, kami akhirnya cuma menumpang shalat dan istirahat. Seluruh keluarga besar klinik nampak terlihat sangat letih, kehausan  dan lemas.

Dari sini kamu menuju Bakpia Pathuk 25 untuk membeli oleh-oleh. Sebagian rombongan memilih masuk ke gang-gang disekitar Bakpia Pathuk 25, karena ternyata dibagian belakang banyak terdapat sentra kerajinan makanan khas Yogya dengan harga miring. Nampak wajah-wajah bahagia, dan bahkan setelah meletakkan belanjaan di bis, sebagian memilih kembali untuk belanja oleh-oleh lagi. 



Lalu kami kembali belanja di Malioboro, sambil menunggu istri belanja oleh-oleh, saya dan Si Bungsu menikmati onde-onde dan lumpia diseberang Mirotta. Makan lumpia disini mengingatkan saya akan gerobak lumpia di dekat Hotel Mutiara (ada juga yang menyebutnya Lumpia Samijaya karena berada persis depan Toko Samijaya), makan dua potong lumpia panas ini sungguh sangat nikmat apalagi kalau dengan Teh Botol dingin, penat, lelah dan lapar langsung terobati.

Menjelang jam keberangkatan KA Lodaya, maka kami pun menuju Stasiun Kereta. Sesampainya di Stasiun Tugu, adik ipar yang juga panitia acara klinik, membagi-bagi nasi box Gudeg Yu Jum. Bergantian kami membersihkan diri di kamar mandi Stasion Tugu, akibat berkeringat sepanjang hari terutama saat AC bis tiodak mengeluarkan hawa dingin sedikitpun.  Setelah semalaman menggunakan kereta api akhirnya kami sampai di Bandung menjelang pagi.  Perjalanan dengan biaya total sekitar 20 juta alias sekitar 1 juta perorang, yang meletihkan namun memberikan kebahagiaan karena dapat berbagi dengan semua anggota keluarga besar klinik. 

No comments: