Monday, February 01, 2016

Belajar dari Supir Uber #2 Memanfaatkan Potensi Tidur


Meski tidak memiliki Kartu Kredit a/n pribadi, namun saya beberapa kali tetap dapat menikmati layanan Uber yang memang harus dibayar menggunakan Kartu Kredit. Kok bisa ? ya karena saya menumpang salah satu teman kantor. Dalam perjalanan saat kami menuju Menara Bank Danamon, kesempatan bagi saya untuk bertanya tanya pada Supir Uber yang menjemput kami dengan menggunakan Daihatsu Xenia.  

Sedikit ke belakang, 10 tahun lalu saat beberapa kali berkunjung ke rumah kakak perempuan saya di seputaran Gas Alam, Depok, saya sempat menggunakan jasa kendaraan omprengan. Di bilangan Gas Alam, ternyata ada komunitas karyawan yang sengaja menampung para pekerja yang bekerja di Jakarta, meski hanya melayani rute 1x PP (pulang pergi) dalam sehari, cicilan mobil, biaya tol dan bahan bakar berikut biaya "timer" menurut mereka bisa ditutup oleh aktivitas ini. Untuk kembali ke Depok, lokasi yang digunakan adalah Gang Kelor, di bilangan Matraman. 

Nah apa hubungannya dengan cerita dari Supir Uber kali ini ? beliau bercerita saat pagi beliau mengantar pemilik mobil ke kantor, lalu menjemputnya setelah jam kantor. Pada jam diantara saat mengantar dan saat menjemput, beliau menarik penumpang, tentu saja setelah sebelumnya terdaftar sebagai Supir Uber. 

Bagi saya kedua contoh diatas memiliki persamaan yakni memanfaatkan potensi tidur, tugas kitalah untuk menemukan potensi tersebut dan lalu mencoba untuk merealisasikannya. Banyak orang membeli mobil bagus, lalu membiarkan mobil tersebut di parkiran kantor seharian, padahal jika kelak dijual selama jumlah kilometer tidak melebihi misalnya standar jarak tempuh  100.000 km per tahun, harga mobil bekas di pasaran tidak akan berbeda jauh. Sang Pemilik juga harus membayar parkir yang saat ini sudah mencapai Rp 50.000 seharian. biaya tol, belum lagi tingkat stress dengan jalanan Ibu Kota yang semakin "mengerikan" jika Si Pemilik harus membawa sendiri mobilnya setiap hari. 

Jangan terlalu khawatir soal jarak tempuh, saat saya diskusi dengan supir taksi salah satu brand paling populer di Jakarta, jarak tempuh pertahun adalah 3x pemakaian normal, yakni 100.000 km per tahun. Travel Jakarta Bandung saat saya diskusi dengan supir pengguna Hyundai Starex Mover (alias H1), jarak tempuh pertahun malah mencapai 200.000 km. Secara desain, pabrikan seperti KIA di Eropa berani menjamin garansi pemakaian sampai dengan 7 tahun yang artinya adalah 175.000 km, sebelum diperlukan perbaikan serius. 

Apa keuntungan Sang Pemilik mobil, jika memanfaatkan potensi tidur ?


  • Tidak perlu membayar parkir.
  • Cukup membayar DP kendaraan, maka cicilan sisanya akan dibayar dengan pendapatan Sang Supir, dan diakhir masa cicilan mobil akan menjadi dimiliki Si Pemilik secara resmi. 
  • Tidak perlu menyetir sendiri mobil ke dan dari kantor. 
  • Dapat memberikan peluang kerja bagi Sang Supir. 

Meski terkesan positif, namun ada ironi tersendiri dalam cerita ini, yakni menunjukkan bagaimana dampak pendidikan. Si Pemilik, mengerti peraturan dan mampu meyakinkan Bank akan kredibilitasnya sebagai kreditur , sebaliknya Si Supir harus bekerja sebagai pegawai Si Pemilik, dan secara tidak sadar membiayai cicilan mobil Si Pemilik sekaligus menggaji dirinya sendiri, karena ketidakmampuannya memahami potensi dan  tidak memiliki kapabilitas dalam meyakinkan Bank. Selain itu tentu saja resiko sepanjang jalan, yang memang harus dicover asuransi, dan asuransi biasanya gugur jika pemanfaatan sebagai jaringan Uber ini tidak dikonfirmasi sejak awal.  

Ada banyak potensi tidur di sekitar kita, misalnya lahan sepanjang tol yang bisa dimanfaatkan sebagai Kebun Buah, atau misalnya memanfaatkan Tol Laut Ternak yang baru-baru ini kembali dari NTT dalam keadaan kosong, pembuatan LRT diatas jalan tol ketimbang membuat rute khusus, dll. Mari kita amati lingkungan di sekitar kita dan manfaatkan potensi tidur yang ada. 



No comments: